Kelompok 7
RAGAM KEBERBAKATAN DAN
KESIAPAN BELAJAR SISWA
(Mata Kuliah Psikologi Pendidikan)
Dosen: Budy
Sugandi M. Sc. Ed.
![]() |
Di susun oleh:
Siti Maimunah 1411050196
Sri
Maryanti 1411050199
Sumi
Aila Soviana 1411050201
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
INSTITIUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah yang telah memberikan kita izin untuk hidup sampai hari ini dan
memberikan kita rahmat serta hidayah-Nya sehinga makalah yang berjudul “RAGAM
KEBERBAKATAN DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dan tak lupa shalawat serta
salam semoga tersampaikan kepada baginda kita Rasulullah SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah
ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dengan
kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, kepada Bapak dosen Psikologi Pendidikan Budy Sugandi
M.Pd.I , dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari di dalam makalah ini nantinya
akan ditemukan banyak kesalahan dan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna
maka itu kami meminta saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis
berharap semoga apa yang ada di dalam makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung, 04 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
2.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
3.
Tujuan Pembuatan Makalah.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Keberbakatan...................................................................... 3
2.
Potensi.................................................................................................. 8
3.
Prestasi.................................................................................................. 9
4.
Karakteristik/Prilaku
Siswa Cerdas-Berbakat........................................ 9
5.
Kesiapan Belajar
Siswa........................................................................ 10
BAB III KESIMPULAN............................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Undang-undang no. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 4 menyatakan bahwa “Warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus”. Perlunya perhatian khusus kepada anak cerdas dan berbakat
merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara
utuh dan optimal. Pengembangan potensi tersebut memerlukan strategi yang
sistematis dan terarah. Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat
masal memberikan perlakuan standar/rata-rata kepada semua siswa sehingga kurang
memperhatikan perbedaan antar siswa dalam kecakapan, minat, dan bakatnya.
Dengan strategi semacam ini, keunggulan akan muncul secara acak dan sangat
tergantung kepada motivasi belajar siswa serta lingkungan belajar dan
mengajarnya.
Oleh karena itu perlu dikembangkan
keunggulan yang dimiliki oleh siswa agar potensi yang dimiliki oleh siswa
tersebut menjadi prestasi yang unggul. Melalui penyelenggaraan pendidikan
khusus untuk siswa cerdas dan berbakat, diharapkan potensi-potensi yang selama
ini belum berkembang secara optimal, akan tumbuh dan mampu menunjukkan kinerja
terbaik.
Bakat adalah
anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal.
Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah,yang mutlak memerlukan
latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya. Dari berbagai pengertian tersebut
maka penyusun tertarik untuk membahas dan mengkaji lebih dalam mengenai Ragam
Keberbakatan dan Kesiapan Belajar Siswa.
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan keberbakatan?.
2.
Apa
factor yang menyebabkan seseorang
memiliki potensi ?.
3.
Dari
segi apa sajakah Potensi dapat di tinjau ?.
4.
Apakah
yang dimaksud degan kesiapan belajar siswa ?.
5.
Tujuan
Makalah
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan dan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Ragam keberbakatan dan kesiapan belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Keberbakatan
Dalam
kepustakaan yang ditemukan berbagai istilah dan definisi mengenai anak berbakat
dan keberbakatan. Istilah ini yang menunjukkan suatu perkembangan dari
pendekatan “uni-dimensional” ( seperti definisi dari Terman yang
menggunakan inteligensi sebagai criteria tunggal untuk mengidentifikasi anak
berbakat, yaitu IQ 140) ke pendekatan “ multi-dimensional “.[1]
Pendekatan
ini yang mengakui keragaman konsep dan kriteria keberbakatan, yaitu memerlukan
cara – cara dan alat – alat yang berbeda – beda pula untuk mengidentifikasinya.[2]
1.
Sidney P. Marland, Jr., (1972)
Mendefinisikan Anak berbakat adalah mereka yang
diidentifikasi oleh ahli yang profesional sebagai memiliki kemampuan yang
menonjol untuk berkinerja tinggi. Anak-anak ini memerlukan program pendidikan
dan atau pelayanan yang dibedakan, melebihi yang biasa disediakan oleh program
sekolah reguler, agar dapat merealisasikan kontribusinya terhadap dirinya
sendiri maupun masyarakat.
Marland (1972) mengemukakan bahwa anak yang
memiliki kemampuan untuk berkinerja tinggi itu mencakup mereka yang menunjukkan
prestasi dan/atau kemampuan potensial dalam satu atau beberapa bidang berikut
ini :
1.
Kemampuan intelektual umum;
2.
Bakat akademik spesifik;
3.
Kemampuan berpikir kreatif atau produktif;
4.
Kemampuan kepeimimpinan;
5.
Seni pentas atau seni rupa;
6.
Kemampuan psikomotor
7.
Definisi ESOE tentang keberbakatan
Dalam seminar nasional mengenai Alternatif
Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang diselenggarakan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan
Kreativitas pada tanggal 12- 14 November 1981 di Jakarta ( Utami Munandar,
1982), disepakati bahwa :[3]
Anak berbakat adalah anak yang oleh orang – orang profesional diidentifikasi
sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai
kemampuan – kemampuan unggul. Anak – anak tersebut memerlukan program
pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program
sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat
maupun untuk pengembangan diri sendiri.
Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara
potensional maupun yang telah nyata, meliputi :
1.
Kemampuan intelektual umum
Para
pendidik biasanya mendefinisikan hal ini berdasarkan skor yang tinggi dari
hasil tes inteligensi (biasanya 2 deviasi standar di atas mean) pada pengukuran
individual ataupun kelompok. Orang tua dan guru sering dapat mengenali anak
yang memiliki bakat intelektual umum ini dari keluasan pengetahuan umumnya dan
ketinggian tingkat kosa kata, ingatan, pengetahuan kata-kata abstrak, serta
daya nalar abstraknya.
2.
Kemampuan akademik khusus
Siswa
yang memiliki bakat akademik spesifik dapat dikenali dari kinerjanya yang
menonjol dalam tes prestasi atau tes bakat dalam satu bidang tertentu seperti
bahasa atau matematika.
3.
Kemampuan berpikir kreatif – produktif
Kreativitas
yang menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang
diperoleh melalui interaksi antara keunikan individu dengan lingkungannya;
4.
Kemampuan memimpin
Kepemimpinan
dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau
kelompok-kelompok ke satu keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang
menunjukkan keberbakatan dalam kemampuan kepemimpinan mampu menggunakan
keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi- situasi yang sulit.
Banyak guru dapat mengenali kepemimpinan dari minat dan keterampilan siswa
dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup rasa percaya diri,
tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan untuk
mengadaptasikan diri dengan mudah pada situasi-situasi baru.
5.
Kemampuan dalam salah satu bidang seni
Bakat
seni merupakan keunggulan dalam menggambar, melukis, memahat, dan berbagai
ekspresi artistik yang dapat ditangkap oleh mata. Sedangkan bakat pertunjukan
menunjuk pada keunggulan baik dalam musik instrumental maupun vokal, teater,
dan tari.
6.
Kemampuan psikomotor ( seperti dalam olahraga)
Ini
mencakup kemampuan kinesthetik motor seperti keterampilan praktis, spasial,
mekanik, dan fisik. Kemampuan tersebut jarang dipergunakan sebagai kriteria
dalam program keberbakatan.
7.
Definisi dari Abraham Maslow
Maslow membedakan antara " kreativitas
aktualisasi diri “ kreativitas talenta khusus”. Orang – orang dengan
kreativitas talenta khusus memiliki bakat atau talenta kreatif yang luar biasa
dalam bidang seni, sastra, musik, teater, sains, bisnis, atau bidang lainnya.
Orang – orang ini bisa saja menunjukkan penyesuaian diri dan aktualisasi diri
yang baik, tetapi mungkin juga tidak.
Orang-orang kreatif yang mampu mengaktualisasi
diri adalah sehat mental, hidup sepenuhnya dan produktif, dan cenderung
menghadapi aspek kehidupannya secara fleksibel dan kreatif.
Implikasi dari pembedaan antara keduanya
krativitas aktualisasi diri dan kreativitas talenta khusus adalah penekanan
pada pentingnya ciri – ciri afektif dari kreativitas, ciri kepribadian, sikap,
motivasi, dan predisposisi untuk berpikir kreatif.
8.
Konsepsi Renzulli tentang keberbakatan[4]
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari
Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang
merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
1.
Kemampuan umum di atas rata – rata.
2.
Kreativitas di atas rata – rata.
3.
Pengikatan diri terhadap tugas ( task
commitment cukup tinggi)
Menurut Renzulli, anak berbakat adalah mereka
yang memiliki atau berkemampuan mengembangkan gabungan ketiga kelompok sifat
tersebut dan mengaplikasikannya pada bidang kinerja kemanusiaan yang bernilai.
4.
Robert Sternberg dan Robert Wagner(1982) [5]
Mendefinisikan keberbakatan (giftedness)
sebagai "a kind of mental self-management". Manajemen mental
kehidupan seseorang yang konstruktif dan bertujuan mempunyai tiga elemen dasar,
yaitu: mengadaptasikan diri pada lingkungan, memilih lingkungan baru, dan
membentuk lingkungan.
Menurut Sternberg dan Wagner, kunci psikologis
dasar keberbakatan intelektual terdapat dalam keterampilan berwawasan (insight
skills) yang mencakup tiga proses utama:
1.
Memisahkan informasi yang relevan dari
informasi yang irrelevant.
2.
Menggabungkan kepingan-kepingan informasi yang
tidak berkaitan menjadi satu keseluruhan yang terpadu.
3.
Mengaitkan informasi yang baru diperoleh dengan
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
Sternberg
dan Wagner menekankan kemampuan memecahkan masalah dan memandang siswa berbakat
sebagai individu yang mampu memproses informasi secara cepat dan mempergunakan
keterampilan berwawasan.
4.
Potensi
Beberapa
hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang
unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, seperti studi
yang dilakukan U. Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek (1975) terhadap
tingkat kecerdasan. U.Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas
bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil
yang besar terhadap kemampuan mental seseorang (Kitano, 1986).
Menurut
penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat dilahirkan memiliki berat
badan diatas berat badan normal. Dari segifisik pada umumnya mereka juga
memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi,
daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). Mereka juga
sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak yang
hyperactive (Swassing, 1985). Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau
bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal.
Bila guru menemukan anak seperti itu maka guru dapat menduga bahwa itu
anak-anak yang berbakat. Hal ini
disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual (Gearheart, 1980),
mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap
(Swassing, 1985). Bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari urutan
berfikir yang normal (Gearheart, 1980).
5.
Prestasi
Prestasi anak
berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik dan sosial.
Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka memiliki
daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French,
1959). Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan
dengan masa berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979). Secara psikologis anak
berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya
mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima (Gearheart,
Heward,1980). Berdasarkan prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya
memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu
anak-anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi. Menurut Bloom
kognitif tingkat tinggi meliputi berfikir aplikasi, analisis, sintesis,
evaluasi dan kognitif tingkat rendah terdiri dari berfikir mengetahui dan
komprehensif. Dalam usia yang lebih muda dari anak-anak normal, anak-anak
berbakat sudah mampu membaca dan kemampuan ini berkembang terus secara
konsisten (Swassing, 1985, French, 1959). Mereka mampu menggunakan
perbendaharaan kata yang sudah maju (Ingram, 1983).
6.
Karakteristik atau Prilaku Siswa
Cerdas-Berbakat
1.
Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara
fisik berdasarkan memahaman pengetahuan yang sedikit
2.
Dapat mendominasi diskusi
3.
Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat
berikutnya
4.
Sukaribut
5.
Memilih kegiatan membaca dari pada
berparfsipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik
6.
Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau
prosedur tertentu
7.
Jika memimpin diskusi akan membawa situasi
diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
8.
Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas
sehari-hari
9.
Menjadi bosan karena banyak hal yang
diulang-ulang
10.
Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu
11.
Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas
pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas
12.
Kesiapan Belajar Siswa
1.
Kesiapan
Menurut Slameto
(2003:113) mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang
membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu
terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh
atau kecenderungan untuk memberi respon. Belajar merupakan suatu usaha untuk
memperoleh suatu pemahaman dari apa yang
dipelajari. Seperti yang diungkapkan oleh muhibbin (2010: 90) Belajar Adalah
proses Memperoleh arti dan pemahaman, Pemahaman serta cara dan cara menafsirkan
dunia di sekeliling siswa.
Jadi kesiapan
belajar siswa adalah kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa untuk
memperoleh pemahaman dari apa yang dipelajari. Kesiapan Belajar merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi proses belajar. Terpengaruhinya proses belajar
akan berpengaruh juga terhadap prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran,lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh
Guru.
Menurut Borotis
& Poulymenakou (2004) Readiness merupakan kesiapan mental atau fisik suatu
organisasi untuk suatu pengalaman atau tindakan e-learning (dalam Priyanto,
2008).[6]
Sedangkan Choucri dkk. (2003) Readiness merupakan kemampuan untuk mengejar
kesempatan menciptakan suatu nilai .
Kemampuan belajar siswa sangat
menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Dalam proses belajar tersebut
banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran.
Seseorang siswa yang suka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan biasanya cerderung
mengambil pendekatan pembelajaran yang sederhana dan tidak mendalam.
Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi dan mendapat dorongan
positif dari orang tuanya, mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih
mementingkan kualitas hasil belajar dan pembelajaran. Jadi, karena pengaruh fakto-faktor tersebut, muncul
siswa yang berprestasi tinggi dan siswa yang berprestasi rendah atu gagal sama
sekali. Disini, guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala
kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang mempengaruhi
proses belajar dan pembelajaran mereka.
Untuk mengatasi faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran
tersebut maka seorang calon guru atau pembimbing seharusnya sudah dapat
menyusun sendiri prinsip-prinsip
belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan
kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Setelah mengetahui prinsip-prinsip belajar tersebut, seorang guru perlu memahami
dan benar-beanr memperhatikan
prinsip-prinsip tersebut sehingga guru dapat mengimplikasikannya.
Pemahaman dan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap hal ini akan dapat
membantu guru dalam merencanakan dan mengelola kegiatan pembelajaran secara
maksimal.
Adapun
faktor-faktor yang menentukan readiness,yaitu :
3.
Kematangan (maturation)
Kematangan
adalah suatu proses pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pembawaan. Proses
kematangan ini belajar tanpa adanya usaha usaha yang disengaja untuk
mempercepat proses ini dan proses kematangan ini juga berjalan jika ada
usaha-usaha untuk tantangan (challenges). Dalam hampir semua perubahan dalam
kelakuan seseorang. Ada dua tenaga yaitu : proses belajar dan kematangan.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes”
yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dengan system saraf, otak, dan
indera sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi
terhadap setiap stimulus lingkungan. Kematangan ialah kedaan atau kondisi
bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme,
baik terhadap suatu sifat, bahkan seringkali semua sifat.
Dalam proses kematangan terdapat tiga hal
pokok:
1) Kematangan
mengandung arti bahwa tidak semua perubahan dan kemajuan yang kita lihat pada
anak terjadi karena pengaruh lingkungan, terutama pendidikan dan pengajaran,
tetapi sebagian besar terjadi karena perkembangan dari dalam diri anak.
2) Proses
kematangan terjadi melalui beberapa tingkat atau fase terlepas dari bakat dan
individu yang bersangkutan tidak ada fase yang tidak muncul atau bertukar nomir
dalam urutannya.
3) Sebagian
besar dari proses perkembangan psikis pada anak hendaklah dipandang sebagai
suatu kerjasama yang kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar yang
diberikan oleh lingkungannya. Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam
diri untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness”. Readiness
yang dimaksud yaitu readiness untuk bertingkahlaku, baik tingkahlaku yang
instingtif (melalui proses hereditas), maupun tingkahlaku yang dipelajari.
4.
Pengalaman (eksperince)
Pengalaman
adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dsb) baik
yang sudah lama atau baru saja terjadi. Sebelum seseorang dapat mengerjakan
suatu tugas yang kompleks,ia harus dahulu mempunyai kecakapan dasar, misalnya :
bila seorang anak belum mempunyai readiness untuk membaca, maka ia tentu belum
dapat membaca sesuatu. Jika seorang murid belum memiliki pengalaman,maka sukar
menelaah materi yang disampaikan oleh gurunya. Dengan memiliki pengetahuan yang
banyak,seorang murid juga perlu memiliki banyak pengalaman seperti ilmu terapan
dan membaca buku.
5.
Kesesuaian bahan dengan metode pengajaran
(subject and teaching method accordance)
Kalau
kita bandingkan cara dan bahan pengajaran dengan kemampuan seorang anak sejak
lahir, maka dengan mudah kita dapat memilih metode apa sih yang digunakan agar
siswa sesuai mendapatkan apa yang
diinginkan. Dalam hal ini,kita harus melihat sejauh mana kesiapan seorang siswa
dalam menerima pembelajaran. Dengan begitu seorang pengejar juga akan lebih
mudah menentukan cara apa/metode apa yang harus digunakan,dan melalui bahan
yang sesuai untuk di ajarkan.
Untuk
pengajaran yang bersifat skill (kecakapan) harus dihubungkan dengan sesuatu
objek yang mempunyai arti (meaningfull),misalnya kecakapan harus yang
berhubungan dengan sesuatu mata pelajaran.
6.
Sikap emosional dan penyesuaian diri (emotional
attitude and self adjucment)
Sikap
emosianal adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan
orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk
meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.
Sikap
emosional seorang murid dalam belajar sangat mempengaruhi kesiapan belajarnya
(readiness for learning). Menurut penelitian, 1/5 dari murid-murid yang terbelakang membaca,
disebabkan adanya ketegangan emosionalnya. Ketegangan-ketegangan emosi
(emotional tension) ini kerap kali merupakan sebab dan akibat dari kegagalan
belajar anak.
Hal-hal
yang menimbulkan ketegangan emosi itu antara lain disebabkan oleh :
1.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi.
2.
Anak-anak yang terlalu dilindungi (over
protection).
3.
Rejection (sikap antagonist terhadap orang
lain. Anak yang diterima dengan tidak senang hati oleh orang tuanya).
4.
Pengalaman kegagalan di luar sekolah.
5.
Kesulitankesulitan diluar sekolah
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk
mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa
permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain
emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa
dikikis habis
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa
di sana individu seakan-akan mendapatkan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun
emosional.
Beberapa kejadian yang mengurangi kepercayaan
terhadap diri pribadi anak (self confidence) yaitu adanya sisnisme terutama di
hadapan,orang banyak. Juga kompetisi yang terlalu erat antara teman-teman
kelompoknya menimbulkan ketegangan emosional
dan mengembangkan kepercayaanterhadap diri anak tersebut.
Di
bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat,
yaitu sebagai berikut:
1.
Menurut Darsono (2000 : 27) faktor kesiapan
meliputi:
1.
Kondisi fisik yang tidak kondusif, Misalnya
sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk
belajar.
2.
Kondisi psikologis yang kurang baik, Misalnya
gelisah, tertekan merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi
kelancaran belajar.
3.
Menurut Slameto (2003 : 113) kondisi kesiapan
mencakup 3 aspek, yaitu:
1.
Kondisi fisik, mental dan emosional.
2.
Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan.
3.
Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang
lain yang telah dipelajari`
1.
Berbagai macam kondisi yang dapat menghambat
kesiapan belajar siswa.
1.
Kurangnya keinginan siswa untuk berprestasi.
2.
Adanya sebagian siswa yang kurang memperhatikan
penjelasan dari guru saat proses pembelajaran berlangsung,
3.
Sebagian siswa yang memiliki tingkat kemampuan
memahami materi yang diberikan lemah.
4.
Ada juga siswa yang datang tidak tepat waktu
pada jam pelajaran.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut
Three-Ring Conception dari Renzulli dan kawan–kawan, keberbakatan
merupakan keterpautan antara kemampuan umum diatas rata- rata, kreativitas
diatas rata- rata, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi internal.
Kreativitas dan keberbakatan merupakan dua hal yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Seseorang yang mempunyai
kreativitas, pasti orang tersebut memiliki bakat. Tetapi orang yang berbakat
belum tentu memiliki kreativitas.
Beberapa
hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang
unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan.
Prestasi
anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik dan sosial.
Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka
memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959).
memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959).
Kesiapan
belajar siswa adalah kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa untuk
memperoleh pemahaman dari apa yang dipelajari. Kesiapan Belajar merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi proses belajar. Terpengaruhinya proses belajar
akan berpengaruh juga terhadap prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran,lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh
Guru. Kemampuan belajar siswa
sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Depdikbud. Penelitian Alat
identifikasi Sederhana Siswa Berbakat. Jakarta: Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986.
Muhandar, Utami. 1977. Creativity and
Education. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Munandar, Utami.2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Renzulli, JS., SM Reis, LH Smith. The
Revolving Door Identification Model.Connecticut: Creative Learning Press,
1981.
Robert J. Sternberg, Janet E. Davidson, Conceptions
of Giftedness, Cambridge University Press, 1986.
Tim Dosen
Universitas Negeri Medan. Psikologi Pendidikan.
2013
Pertanyaan
1.
Jelaskan apa
yang dimaksud dengan bakat,dan apakah bakat itu ada sejak lahir atau ada ada
setelah dewasa ?
Jawab : bakat adalah suatu kemampuan yang
dimiliki seseorang yang dapat digunakan untuk melakukan suatu kegiatan dalam
melangsungkan kehidupannya.
Bakat
merupakan bawaan dari lahir, karena bisa juga bakat merupakan turunan dari
orangtua yang diwariskan lewat gen, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan
setelah tumbuhkembang dalam proses kehidupannya.
[2]
Balitbang Depdikbud. Penelitian Alat identifikasi Sederhana
Siswa Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum
dan Sarana Pendidikan, 1986.
[4]
Renzulli, JS., SM Reis, LH Smith. The Revolving Door
Identification Model.Connecticut: Creative Learning Press, 1981.
[5]
Robert J. Sternberg, Janet E. Davidson, Conceptions of
Giftedness, Cambridge University Press, 1986.
[6]
Tim
Dosen Universitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar