Rabu, 06 Januari 2016

bakat dan kesiapan belajar anak



Kelompok 7

RAGAM KEBERBAKATAN DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA
(Mata Kuliah Psikologi Pendidikan)
Dosen: Budy Sugandi M. Sc. Ed.


 







Di susun oleh:
Siti Maimunah             1411050196
Sri Maryanti                1411050199
Sumi Aila Soviana      1411050201


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
INSTITIUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2015

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita izin untuk hidup sampai hari ini dan memberikan kita rahmat serta hidayah-Nya sehinga makalah yang berjudul “RAGAM KEBERBAKATAN DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dan tak lupa shalawat serta salam semoga tersampaikan kepada baginda kita Rasulullah SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, kepada Bapak dosen Psikologi Pendidikan Budy Sugandi M.Pd.I , dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari di dalam makalah ini nantinya akan ditemukan banyak kesalahan dan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna maka itu kami meminta saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga apa yang ada di dalam makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 04 November 2015

Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................     i
DAFTAR ISI...................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang Masalah.......................................................................    1
2.                  Rumusan Masalah.................................................................................   2
3.                  Tujuan Pembuatan Makalah..................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN
1.                  Pengertian Keberbakatan......................................................................   3
2.                  Potensi..................................................................................................  8
3.                  Prestasi.................................................................................................. 9
4.                  Karakteristik/Prilaku  Siswa Cerdas-Berbakat........................................ 9
5.                  Kesiapan Belajar Siswa........................................................................   10

BAB III KESIMPULAN...............................................................................    16
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang Masalah
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 4 menyatakan bahwa “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Perlunya perhatian khusus kepada anak cerdas dan berbakat merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Pengembangan potensi tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat masal memberikan perlakuan standar/rata-rata kepada semua siswa sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar siswa dalam kecakapan, minat, dan bakatnya. Dengan strategi semacam ini, keunggulan akan muncul secara acak dan sangat tergantung kepada motivasi belajar siswa serta lingkungan belajar dan mengajarnya.
Oleh karena itu perlu dikembangkan keunggulan yang dimiliki oleh siswa agar potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut menjadi prestasi yang unggul. Melalui penyelenggaraan pendidikan khusus untuk siswa cerdas dan berbakat, diharapkan potensi-potensi yang selama ini belum berkembang secara optimal, akan tumbuh dan mampu menunjukkan kinerja terbaik.
Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah,yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya. Dari berbagai pengertian tersebut maka penyusun tertarik untuk membahas dan mengkaji lebih dalam mengenai Ragam Keberbakatan dan Kesiapan Belajar Siswa.

2.                  Rumusan Masalah
1.                  Apakah yang dimaksud dengan keberbakatan?.
2.                  Apa factor  yang menyebabkan seseorang memiliki potensi ?.
3.                  Dari segi apa sajakah Potensi dapat di tinjau ?.
4.                  Apakah yang dimaksud degan kesiapan belajar siswa ?.

5.                  Tujuan Makalah
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan  dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Ragam keberbakatan dan kesiapan belajar siswa.


































BAB II
PEMBAHASAN


1.                  Pengertian Keberbakatan
Dalam kepustakaan yang ditemukan berbagai istilah dan definisi mengenai anak berbakat dan keberbakatan. Istilah ini yang menunjukkan suatu perkembangan dari pendekatan “uni-dimensional” ( seperti definisi dari Terman yang menggunakan inteligensi sebagai criteria tunggal untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu IQ 140) ke pendekatan “ multi-dimensional “.[1]
Pendekatan ini yang mengakui keragaman konsep dan kriteria keberbakatan, yaitu memerlukan cara – cara dan alat – alat yang berbeda – beda pula untuk mengidentifikasinya.[2]
1.                  Sidney P. Marland, Jr., (1972)
Mendefinisikan Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh ahli yang profesional sebagai memiliki kemampuan yang menonjol untuk berkinerja tinggi. Anak-anak ini memerlukan program pendidikan dan atau pelayanan yang dibedakan, melebihi yang biasa disediakan oleh program sekolah reguler, agar dapat merealisasikan kontribusinya terhadap dirinya sendiri maupun masyarakat.
Marland (1972) mengemukakan bahwa anak yang memiliki kemampuan untuk berkinerja tinggi itu mencakup mereka yang menunjukkan prestasi dan/atau kemampuan potensial dalam satu atau beberapa bidang berikut ini :
1.      Kemampuan intelektual umum;
2.      Bakat akademik spesifik;
3.      Kemampuan berpikir kreatif atau produktif;
4.      Kemampuan kepeimimpinan;
5.      Seni pentas atau seni rupa;
6.      Kemampuan psikomotor

7.                  Definisi ESOE tentang keberbakatan
Dalam seminar nasional mengenai Alternatif Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas pada tanggal 12- 14 November 1981 di Jakarta ( Utami Munandar, 1982), disepakati bahwa :[3] Anak berbakat adalah anak yang oleh orang – orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan unggul. Anak – anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.

Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara potensional maupun yang telah nyata, meliputi :
1.      Kemampuan intelektual umum
Para pendidik biasanya mendefinisikan hal ini berdasarkan skor yang tinggi dari hasil tes inteligensi (biasanya 2 deviasi standar di atas mean) pada pengukuran individual ataupun kelompok. Orang tua dan guru sering dapat mengenali anak yang memiliki bakat intelektual umum ini dari keluasan pengetahuan umumnya dan ketinggian tingkat kosa kata, ingatan, pengetahuan kata-kata abstrak, serta daya nalar abstraknya.
2.      Kemampuan akademik khusus
Siswa yang memiliki bakat akademik spesifik dapat dikenali dari kinerjanya yang menonjol dalam tes prestasi atau tes bakat dalam satu bidang tertentu seperti bahasa atau matematika.
3.      Kemampuan berpikir kreatif – produktif
Kreativitas yang menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang diperoleh melalui interaksi antara keunikan individu dengan lingkungannya;
4.   Kemampuan memimpin
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok-kelompok ke satu keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menunjukkan keberbakatan dalam kemampuan kepemimpinan mampu menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi- situasi yang sulit. Banyak guru dapat mengenali kepemimpinan dari minat dan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup rasa percaya diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan untuk mengadaptasikan diri dengan mudah pada situasi-situasi baru.
5.      Kemampuan dalam salah satu bidang seni
Bakat seni merupakan keunggulan dalam menggambar, melukis, memahat, dan berbagai ekspresi artistik yang dapat ditangkap oleh mata. Sedangkan bakat pertunjukan menunjuk pada keunggulan baik dalam musik instrumental maupun vokal, teater, dan tari.


6.      Kemampuan psikomotor ( seperti dalam olahraga)
Ini mencakup kemampuan kinesthetik motor seperti keterampilan praktis, spasial, mekanik, dan fisik. Kemampuan tersebut jarang dipergunakan sebagai kriteria dalam program keberbakatan.

7.                  Definisi dari Abraham Maslow
Maslow membedakan antara " kreativitas aktualisasi diri “ kreativitas talenta khusus”. Orang – orang dengan kreativitas talenta khusus memiliki bakat atau talenta kreatif yang luar biasa dalam bidang seni, sastra, musik, teater, sains, bisnis, atau bidang lainnya. Orang – orang ini bisa saja menunjukkan penyesuaian diri dan aktualisasi diri yang baik, tetapi mungkin juga tidak.
Orang-orang kreatif yang mampu mengaktualisasi diri adalah sehat mental, hidup sepenuhnya dan produktif, dan cenderung menghadapi aspek kehidupannya secara fleksibel dan kreatif.
Implikasi dari pembedaan antara keduanya krativitas aktualisasi diri dan kreativitas talenta khusus adalah penekanan pada pentingnya ciri – ciri afektif dari kreativitas, ciri kepribadian, sikap, motivasi, dan predisposisi untuk berpikir kreatif.
8.                  Konsepsi Renzulli tentang keberbakatan[4]
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
1.      Kemampuan umum di atas rata – rata.
2.      Kreativitas di atas rata – rata.
3.      Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
Menurut Renzulli, anak berbakat adalah mereka yang memiliki atau berkemampuan mengembangkan gabungan ketiga kelompok sifat tersebut dan mengaplikasikannya pada bidang kinerja kemanusiaan yang bernilai.
4.                  Robert Sternberg dan Robert Wagner(1982) [5]
Mendefinisikan keberbakatan (giftedness) sebagai "a kind of mental self-management". Manajemen mental kehidupan seseorang yang konstruktif dan bertujuan mempunyai tiga elemen dasar, yaitu: mengadaptasikan diri pada lingkungan, memilih lingkungan baru, dan membentuk lingkungan.
Menurut Sternberg dan Wagner, kunci psikologis dasar keberbakatan intelektual terdapat dalam keterampilan berwawasan (insight skills) yang mencakup tiga proses utama:
1.         Memisahkan informasi yang relevan dari informasi yang irrelevant.
2.         Menggabungkan kepingan-kepingan informasi yang tidak berkaitan menjadi satu keseluruhan yang terpadu.
3.         Mengaitkan informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
Sternberg dan Wagner menekankan kemampuan memecahkan masalah dan memandang siswa berbakat sebagai individu yang mampu memproses informasi secara cepat dan mempergunakan keterampilan berwawasan.

4.                  Potensi
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi  ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, seperti studi yang dilakukan U. Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek (1975) terhadap tingkat kecerdasan. U.Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang (Kitano, 1986).
Menurut penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat dilahirkan memiliki  berat badan diatas berat badan normal. Dari segifisik pada umumnya mereka juga memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi, daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak yang hyperactive (Swassing, 1985). Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Bila guru menemukan anak seperti itu maka guru dapat menduga bahwa itu anak-anak yang berbakat.  Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual (Gearheart, 1980), mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan dalam  irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing, 1985). Bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari urutan berfikir yang normal (Gearheart, 1980).

5.                  Prestasi
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959). Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan masa berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979). Secara psikologis anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980). Berdasarkan prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu anak-anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi. Menurut Bloom kognitif tingkat tinggi meliputi berfikir aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kognitif tingkat rendah terdiri dari berfikir mengetahui dan komprehensif. Dalam usia yang lebih muda dari anak-anak normal, anak-anak berbakat sudah mampu membaca dan kemampuan ini berkembang terus secara konsisten (Swassing, 1985, French, 1959). Mereka mampu menggunakan perbendaharaan kata yang sudah maju (Ingram, 1983).

6.                  Karakteristik atau Prilaku  Siswa Cerdas-Berbakat
1.                  Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan memahaman  pengetahuan yang sedikit
2.                  Dapat mendominasi diskusi
3.                  Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya
4.                  Sukaribut
5.                  Memilih kegiatan membaca dari pada berparfsipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik
6.                  Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu
7.                  Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
8.                  Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari
9.                  Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang
10.              Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu
11.              Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan  atas pertimbangan tugas
12.              Kesiapan Belajar Siswa
1.                  Kesiapan
Menurut Slameto (2003:113) mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh suatu  pemahaman dari apa yang dipelajari. Seperti yang diungkapkan oleh muhibbin (2010: 90) Belajar Adalah proses Memperoleh arti dan pemahaman, Pemahaman serta cara dan cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.
Jadi kesiapan belajar siswa adalah kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman dari apa yang dipelajari. Kesiapan Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar. Terpengaruhinya proses belajar akan berpengaruh juga terhadap prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh Guru.

2.                  Faktor-faktor  yang menentukan readiness (kesiapan Belajar)
Menurut Borotis & Poulymenakou (2004) Readiness merupakan kesiapan mental atau fisik suatu organisasi untuk suatu pengalaman atau tindakan e-learning (dalam Priyanto, 2008).[6] Sedangkan Choucri dkk. (2003) Readiness merupakan kemampuan untuk mengejar kesempatan menciptakan suatu nilai .
Kemampuan belajar siswa sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Dalam proses belajar tersebut banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran. Seseorang siswa yang suka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan biasanya cerderung mengambil pendekatan pembelajaran yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya, mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar dan pembelajaran. Jadi,  karena pengaruh fakto-faktor tersebut, muncul siswa yang berprestasi tinggi dan siswa yang berprestasi rendah atu gagal sama sekali. Disini, guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran mereka.
Untuk mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran  tersebut maka seorang calon guru atau pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun  sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Setelah mengetahui prinsip-prinsip  belajar tersebut, seorang guru perlu memahami dan benar-beanr memperhatikan  prinsip-prinsip tersebut sehingga guru dapat mengimplikasikannya. Pemahaman dan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap hal ini akan dapat membantu guru dalam merencanakan dan mengelola kegiatan pembelajaran secara maksimal.
Adapun faktor-faktor yang menentukan readiness,yaitu :
3.                  Kematangan (maturation)
Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pembawaan. Proses kematangan ini belajar tanpa adanya usaha usaha yang disengaja untuk mempercepat proses ini dan proses kematangan ini juga berjalan jika ada usaha-usaha untuk tantangan (challenges). Dalam hampir semua perubahan dalam kelakuan seseorang. Ada dua tenaga yaitu : proses belajar dan kematangan.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dengan system saraf, otak, dan indera sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan. Kematangan ialah kedaan atau kondisi bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme, baik terhadap suatu sifat, bahkan seringkali semua sifat.
Dalam proses kematangan terdapat tiga hal pokok:
1) Kematangan mengandung arti bahwa tidak semua perubahan dan kemajuan yang kita lihat pada anak terjadi karena pengaruh lingkungan, terutama pendidikan dan pengajaran, tetapi sebagian besar terjadi karena perkembangan dari dalam diri anak.
2) Proses kematangan terjadi melalui beberapa tingkat atau fase terlepas dari bakat dan individu yang bersangkutan tidak ada fase yang tidak muncul atau bertukar nomir dalam urutannya.
3) Sebagian besar dari proses perkembangan psikis pada anak hendaklah dipandang sebagai suatu kerjasama yang kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar yang diberikan oleh lingkungannya. Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness”. Readiness yang dimaksud yaitu readiness untuk bertingkahlaku, baik tingkahlaku yang instingtif (melalui proses hereditas), maupun tingkahlaku yang dipelajari.
4.                  Pengalaman (eksperince)
Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dsb) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi. Sebelum seseorang dapat mengerjakan suatu tugas yang kompleks,ia harus dahulu mempunyai kecakapan dasar, misalnya : bila seorang anak belum mempunyai readiness untuk membaca, maka ia tentu belum dapat membaca sesuatu. Jika seorang murid belum memiliki pengalaman,maka sukar menelaah materi yang disampaikan oleh gurunya. Dengan memiliki pengetahuan yang banyak,seorang murid juga perlu memiliki banyak pengalaman seperti ilmu terapan dan membaca buku.
5.                  Kesesuaian bahan dengan metode pengajaran (subject and teaching method accordance)
Kalau kita bandingkan cara dan bahan pengajaran dengan kemampuan seorang anak sejak lahir, maka dengan mudah kita dapat memilih metode apa sih yang digunakan agar siswa  sesuai mendapatkan apa yang diinginkan. Dalam hal ini,kita harus melihat sejauh mana kesiapan seorang siswa dalam menerima pembelajaran. Dengan begitu seorang pengejar juga akan lebih mudah menentukan cara apa/metode apa yang harus digunakan,dan melalui bahan yang sesuai untuk di ajarkan.
Untuk pengajaran yang bersifat skill (kecakapan) harus dihubungkan dengan sesuatu objek yang mempunyai arti (meaningfull),misalnya kecakapan harus yang berhubungan dengan sesuatu mata pelajaran.
6.                  Sikap emosional dan penyesuaian diri (emotional attitude and self adjucment)
Sikap emosianal adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.
Sikap emosional seorang murid dalam belajar sangat mempengaruhi kesiapan belajarnya (readiness for learning). Menurut penelitian, 1/5  dari murid-murid yang terbelakang membaca, disebabkan adanya ketegangan emosionalnya. Ketegangan-ketegangan emosi (emotional tension) ini kerap kali merupakan sebab dan akibat dari kegagalan belajar anak.
Hal-hal yang menimbulkan ketegangan emosi itu antara lain disebabkan oleh :
1.                  Kebutuhan yang tidak terpenuhi.
2.                  Anak-anak yang terlalu dilindungi (over protection).
3.                   Rejection (sikap antagonist terhadap orang lain. Anak yang diterima dengan tidak senang hati oleh orang tuanya).
4.                  Pengalaman kegagalan di luar sekolah.
5.                  Kesulitankesulitan diluar sekolah

Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapatkan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.
Beberapa kejadian yang mengurangi kepercayaan terhadap diri pribadi anak (self confidence) yaitu adanya sisnisme terutama di hadapan,orang banyak. Juga kompetisi yang terlalu erat antara teman-teman kelompoknya  menimbulkan ketegangan emosional dan mengembangkan kepercayaanterhadap diri anak tersebut. 
Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut:
1.                  Menurut Darsono (2000 : 27) faktor kesiapan meliputi:
1.                  Kondisi fisik yang tidak kondusif, Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar.
2.                  Kondisi psikologis yang kurang baik, Misalnya gelisah, tertekan merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.
3.                  Menurut Slameto (2003 : 113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek, yaitu:
1.                  Kondisi fisik, mental dan emosional.
2.                  Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan.
3.                  Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari`


1.                  Berbagai macam kondisi yang dapat menghambat kesiapan belajar siswa.
1.                  Kurangnya keinginan siswa untuk berprestasi.
2.                  Adanya sebagian siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru saat proses pembelajaran berlangsung,
3.                  Sebagian siswa yang memiliki tingkat kemampuan memahami materi yang diberikan lemah.
4.                  Ada juga siswa yang datang tidak tepat waktu pada jam pelajaran.
























BAB III
KESIMPULAN


Menurut Three-Ring Conception dari Renzulli dan kawan–kawan, keberbakatan merupakan keterpautan antara kemampuan umum diatas rata- rata, kreativitas diatas rata- rata, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi internal. Kreativitas dan keberbakatan merupakan dua hal yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Seseorang yang mempunyai kreativitas, pasti orang tersebut memiliki bakat. Tetapi orang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi  ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan.
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka
memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959).
Kesiapan belajar siswa adalah kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman dari apa yang dipelajari. Kesiapan Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar. Terpengaruhinya proses belajar akan berpengaruh juga terhadap prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh Guru. Kemampuan belajar siswa sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar.





DAFTAR PUSTAKA


Balitbang Depdikbud. Penelitian Alat identifikasi Sederhana Siswa Berbakat. Jakarta: Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986.

Muhandar, Utami. 1977. Creativity and Education. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Munandar, Utami.2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Renzulli, JS., SM Reis, LH Smith. The Revolving Door Identification Model.Connecticut: Creative Learning Press, 1981.

Robert J. Sternberg, Janet E. Davidson, Conceptions of Giftedness, Cambridge University Press, 1986.
Tim Dosen Universitas Negeri Medan. Psikologi Pendidikan. 2013












Pertanyaan
1.                  Jelaskan apa yang dimaksud dengan bakat,dan apakah bakat itu ada sejak lahir atau ada ada setelah dewasa ?
Jawab : bakat adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat digunakan untuk melakukan suatu kegiatan dalam melangsungkan kehidupannya.
               Bakat merupakan bawaan dari lahir, karena bisa juga bakat merupakan turunan dari orangtua yang diwariskan lewat gen, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan setelah tumbuhkembang dalam proses kehidupannya.   








[1] Utami Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2009.
[2] Balitbang Depdikbud. Penelitian Alat identifikasi Sederhana Siswa Berbakat. Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1986.

[3] Utami Muhandar, Creativity and Education. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977.


[4] Renzulli, JS., SM Reis, LH Smith. The Revolving Door Identification Model.Connecticut: Creative Learning Press, 1981.

[5] Robert J. Sternberg, Janet E. Davidson, Conceptions of Giftedness, Cambridge University Press, 1986.

[6] Tim Dosen Universitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar